Minggu, 30 Desember 2012

Selat Madura




Puisi Badrul Munir Chair
Selat Madura

Selepas selat, dermaga membukakan pintu
pada angin —seperti  menyambut anak-cucu
pulang ke rumah sendiri
kubayangkan perjalanan akan serupa tubuh
cakalan dan hentakan kaki sapi yang
berpacu di lintasan karapan

Pelabuhan yang ramai, mengingatkanku
pada don juan, kuli-kuli pelabuhan, pemabuk
jalanan —teman-teman yang kutinggalkan.
Di tepi lautmu kami pernah melempar dadu
nasib. Palungmu yang dalam tak mampu
menampung keluh, tangis, dan impian naïf
bernama cita-cita

Selepas siang. Air tenang menyunggi kapal-kapal
merapat ke pintu gerbang pulau kenangan;
pulau yang diapungkan tumbal-tumbal
jembatan penyeberangan

Langit biru, laut biru. Semuanya mengharu
biru layaknya perkabungan melepas keberangkatan
anak-anak pulau; tembakau, garam, dan
hasil laut –yang pergi meninggalkan ibu

Kulihat dermaga yang selalu membuka pintu
pada kepulangan. Waktu telah mengabadikannya
menjadi lumut, karat, goresan dan sejarah usang.

2011

Dalam Narasi Tembuni, Kumpulan Puisi Terbaik KSI Award 2012. Diterbitkan atas kerjasama Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud.

Lukisan: Bass Strait Winters Grey.

Tidak ada komentar: