Selasa, 01 Oktober 2013

Sungai Berkelok



Sungai Berkelok

Sungai berkelok di antara dua kaki bukit
setiap tikungnya menjulur sehimpun batang bambu
itu jalan meniti orang hulu, sesekali jadi dermaga
perempuan gunung mencuci di atas rakit
di tubuhnya terikat sehelai kain ungu
Ia janda yang ditinggal mengembara, kata Patra

Ke semak-semak kami berjalan, setelah haluan sampan
terantuk batu sungai yang menyeruak ke permukaan
di antara rimbun pohon-pohon tua tergelar jalan setapak
rumah-rumah berdinding papan—saling menjaga jarak
Siapa hendak menyambut? Tanya tak bersahut
tak ada tuan rumah untuk kedatangan yang terburu-buru

Kian sore, perkampungan seperti sampan yang ditinggalkan
seperti senyap kota ketika berlangsung jam malam
nalar sibuk menimbang untung dan rugi: tinggal atau pergi

Apa yang kau cari di kampung tepi sungai berkelok ini?
Kicau burung sore jadi irama sepanjang jalan kembali
arus air melatari setiap apa yang kutangkap sebagai suara
setiap gerak dan benda memasrahkan diri jadi panorama

Sehimpun batang bambu melintang di sebuah kelok sungai
jalan pulang terhampar di atasnya. Itu dermaga orang hulu
tempat pulang dan perginya orang-orang yang kau kenal dulu.

2013

)* Dari kumpulan puisi "Jejak Sajak di Mahakam" (Yayasan Lanjong: Kutai Kertanegara, 2013)

Lukisan: Bow River Spring, by Sharon Lynn Williams

Tidak ada komentar: