Senin, 19 November 2012

Mengantarmu ke Stasiun; Sebuah Puisi


Mengantarmu ke Stasiun

Sungguh sedih menyadari bahwa tak ada
yang abadi. Percakapan kita. Bangku stasiun
memanjang, matamu mengawasi kereta demi kereta
yang paling kucemaskan. Seluruh rencana kita
bisa jadi hanya impian. Maka tak ada yang perlu kupercaya
dari kehidupan.

Tapi aku terlalu pandai
mengenang semuanya, juga kau

Kecemasan itu juga kah yang membawa kereta senja
ke Lempuyangan? Syalmu kau tanggalkan, lalu
kau lingkarkan di leherku, mencekik semua yang paling
kutakutkan dari perpisahan. Lalu, kau akan mengucapkan
selamat tinggal dengan bahasa yang sulit kupahami

Sungguh sedih menyadari bahwa tak ada
yang abadi. Keretamu berangkat. Syalmu terus mencekik
kecemasan dan kenangan. Selalu ada yang tertinggal
dari setiap kepergian. Mungkin kelak kita akan saling
menerka wajah dan melupakan apa yang pernah terjadi
di kota ini. Seperti halnya kau, aku hanya bisa
melambaikan tangan.

Januari, 2011

Tidak ada komentar: