Minggu, 01 Februari 2015

Tentang Saya


Saya:  Badrul Munir Chair, adalah lelaki yang tidak bisa berenang meski lahir dan dibesarkan di sebuah kampung nelayan di pesisir utara Pulau Madura. Mbah Buyut saya pernah bermimpi bahwa saya akan mati di laut, dan mimpi itu dipercaya oleh ibu saya. Sejak kecil saya dilarang mandi di sungai atau di laut, pantangan yang berkali-kali saya langgar, dan berkali-kali pula saya hampir celaka karena tenggelam. Maka sampai hari ini, saya takut mati di laut, dan menghindari mandi di sungai atau kolam yang dalam.

Saya adalah pengenang akut. Saya mudah sekali teringat akan peristiwa-peristiwa di masa lalu, baik peristiwa yang membuat saya bahagia atau sebaliknya. Saya seringkali mengenang masa kecil saya, kenangan-kenangan tentang masa kecil adalah inspirasi terbesar saya dalam menulis. Saya selalu merindukan kampung halaman saya, Desa Ambunten-Sumenep, tapi saya tidak ingin menetap di tanah kelahiran saya.

Saya merasa memiliki kehidupan yang religius, dan menganggap agama sebagai sesuatu yang sangat pribadi. Saya sering mengeluh kepada Tuhan, dan cenderung jarang membaca doa-doa yang konvensional.  Saya tidak suka berdebat soal agama, dan tidak suka terhadap orang-orang yang suka mengklaim kebenaran kelompoknya. Saya memiliki beberapa orang guru spiritual yang seringkali saya mintai pertimbangan setiap saya akan melakukan sesuatu yang besar atau sesuatu yang saya anggap penting dalam kehidupan saya.

Saya cenderung penyendiri,  dan cenderung menyukai sesuatu yang stagnan dan teratur. Saya tinggal di kamar kost yang sama selama tujuh tahun dan sampai hari ini belum terlintas niatan untuk pindah. Saya bisa betah berlama-lama menyendiri di dalam kamar, membaca, mendengar musik, atau menonton televisi. Saya suka membaca buku-buku sastra (novel, puisi, cerpen), dan buku-buku inspiratif yang membuat saya gampang sekali terharu. Saya tidak suka membaca buku-buku tentang teori dan hanya sesekali membaca buku filsafat, meskipun saya kuliah di jurusan filsafat. Saya tidak terlalu suka menonton film, terutama kalau harus menonton sendiri. Saya suka menonton pertandingan sepak bola dan tayangan-tayangan seputar olahraga. Saya memilih genre musik tergantung suasana hati. Dalam sekali duduk, saya bisa memutar lagu pop kemudian berpindah ke dangdut, jazz, rock, keroncong, dan lebih sering memutar lagu gambus. Saya suka berzapin sendiri di dalam kamar ketika mendengarkan lagu gambus. Bagi saya, berzapin adalah cara lain untuk berolah raga—sesuatu yang jarang sekali saya lakukan selama tinggal di Yogyakarta.

Saya adalah penggemar berat AC Milan dan pengagum Filippo Inzaghi. Ketika masih SMA dan ikut di beberapa turnamen sepak bola, saya sering menonton video gol-gol Filippo Inzaghi untuk mempelajari teknik dan gaya bermainnya. Sampai hari ini, beberapa teman saya masih memanggil saya dengan panggilan “Inzaghi’. Saya memiliki banyak sekali nama panggilan. Saya bisa langsung mengenali teman saya dari cara mereka memanggil saya. Bapak dan Ibu saya memanggil saya “Erol”; teman-teman SD saya memanggil saya “Herol”, sebagian lagi memanggil saya “Eyoung” (yang masih memanggil saya dengan panggilan ini adalah nenek saya dan adik-adiknya). Oleh teman-teman saya di Jombang, saya dipanggil “Badrul”. Guru-guru saya, bahkan dosen-dosen saya di S1 dan S2 lebih sering memanggil saya “Munir”. Mantan-mantan saya lebih suka memanggil saya dengan sebutan “BMC” sebagai panggilan kesayangan. Di Yogyakarta, banyak teman saya yang memanggil saya dengan sebutan “Munajat”, panggilan ini masih saya nikmati sampai sekarang, terutama oleh teman-teman yang bergiat atau bersinggungan dengan saya di Komunitas Rumahlebah. Saya tidak pernah mempermasalahkan nama panggilan untuk saya, saya senang dipanggil dengan sebutan apa saja, sebab bagi saya yang paling penting adalah interaksi dengan sesama.

Sejak kecil sampai umur saya 23 tahun, saya tidak suka makan sayur dan menghindari sayuran, terutama dedaunan. Saya sangat menyukai makanan laut, dari ikan kecil sampai ikan besar, dari yang tak bersisik tak bertulang hingga yang bercangkang. Saya bisa melahap semua jenis ikan laut tanpa harus takut akan alergi. Dua tahun terakhir, saya membiasakan diri untuk makan sayur, dan sekarang saya malah cenderung menjadi vegetarian. Hal itu saya lakukan demi kesehatan. Saya mengidap asam lambung yang parah dan seringkali merasa mual dan muntah jika terlambat makan. Saya merasa memiliki kemampuan untuk memasak atau menjadi koki, dan diam-diam terus memupuk keinginan untuk memiliki warung makan suatu hari nanti. []




6 komentar:

ranselbirumu.blogspot.com mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
ranselbirumu.blogspot.com mengatakan...

Kerennn

ranselbirumu.blogspot.com mengatakan...

Kerennn

ranselbirumu.blogspot.com mengatakan...

Kerenn 😊

Unknown mengatakan...

Salam kenal, saya juga orang Ambunten.

Unknown mengatakan...

Salam kenal, saya juga orang Ambunten.