Saya: Badrul Munir Chair, adalah lelaki yang tidak bisa
berenang meski lahir dan dibesarkan di sebuah kampung nelayan di pesisir utara
Pulau Madura. Mbah Buyut saya pernah bermimpi bahwa saya akan mati di laut, dan
mimpi itu dipercaya oleh ibu saya. Sejak kecil saya dilarang mandi di sungai
atau di laut, pantangan yang berkali-kali saya langgar, dan berkali-kali pula
saya hampir celaka karena tenggelam. Maka sampai hari ini, saya takut mati
di laut, dan menghindari mandi di sungai atau kolam yang dalam.
Saya adalah pengenang akut. Saya mudah sekali teringat akan
peristiwa-peristiwa di masa lalu, baik peristiwa yang membuat saya bahagia atau
sebaliknya. Saya seringkali mengenang masa kecil saya, kenangan-kenangan tentang
masa kecil adalah inspirasi terbesar saya dalam menulis. Saya selalu merindukan
kampung halaman saya, Desa Ambunten-Sumenep, tapi saya tidak ingin menetap di tanah
kelahiran saya.
Saya merasa memiliki kehidupan yang religius, dan menganggap agama
sebagai sesuatu yang sangat pribadi. Saya sering mengeluh kepada Tuhan, dan
cenderung jarang membaca doa-doa yang konvensional. Saya tidak suka berdebat soal agama, dan tidak
suka terhadap orang-orang yang suka mengklaim kebenaran kelompoknya. Saya
memiliki beberapa orang guru spiritual yang seringkali saya mintai pertimbangan
setiap saya akan melakukan sesuatu yang besar atau sesuatu yang saya anggap
penting dalam kehidupan saya.
Saya cenderung penyendiri, dan cenderung menyukai sesuatu yang stagnan
dan teratur. Saya tinggal di kamar kost yang sama selama tujuh tahun dan sampai
hari ini belum terlintas niatan untuk pindah. Saya bisa betah berlama-lama
menyendiri di dalam kamar, membaca, mendengar musik, atau menonton televisi. Saya
suka membaca buku-buku sastra (novel, puisi, cerpen), dan buku-buku inspiratif
yang membuat saya gampang sekali terharu. Saya tidak suka membaca buku-buku
tentang teori dan hanya sesekali membaca buku filsafat, meskipun saya kuliah di
jurusan filsafat. Saya tidak terlalu suka menonton film, terutama kalau harus
menonton sendiri. Saya suka menonton pertandingan sepak bola dan tayangan-tayangan
seputar olahraga. Saya memilih genre musik tergantung suasana hati. Dalam
sekali duduk, saya bisa memutar lagu pop kemudian berpindah ke dangdut, jazz, rock,
keroncong, dan lebih sering memutar lagu gambus. Saya suka berzapin sendiri di
dalam kamar ketika mendengarkan lagu gambus. Bagi saya, berzapin adalah cara
lain untuk berolah raga—sesuatu yang jarang sekali saya lakukan selama tinggal
di Yogyakarta.
Saya adalah penggemar berat AC Milan dan pengagum Filippo
Inzaghi. Ketika masih SMA dan ikut di beberapa turnamen sepak bola, saya sering
menonton video gol-gol Filippo Inzaghi untuk mempelajari teknik dan gaya
bermainnya. Sampai hari ini, beberapa teman saya masih memanggil saya dengan
panggilan “Inzaghi’. Saya memiliki banyak sekali nama panggilan. Saya bisa
langsung mengenali teman saya dari cara mereka memanggil saya. Bapak dan Ibu
saya memanggil saya “Erol”; teman-teman SD saya memanggil saya “Herol”,
sebagian lagi memanggil saya “Eyoung” (yang masih memanggil saya dengan
panggilan ini adalah nenek saya dan adik-adiknya). Oleh teman-teman saya di
Jombang, saya dipanggil “Badrul”. Guru-guru saya, bahkan dosen-dosen saya di S1
dan S2 lebih sering memanggil saya “Munir”. Mantan-mantan saya lebih suka
memanggil saya dengan sebutan “BMC” sebagai panggilan kesayangan. Di
Yogyakarta, banyak teman saya yang memanggil saya dengan sebutan “Munajat”,
panggilan ini masih saya nikmati sampai sekarang, terutama oleh teman-teman
yang bergiat atau bersinggungan dengan saya di Komunitas Rumahlebah. Saya tidak
pernah mempermasalahkan nama panggilan untuk saya, saya senang dipanggil dengan
sebutan apa saja, sebab bagi saya yang paling penting adalah interaksi dengan
sesama.
Sejak kecil sampai umur saya 23 tahun, saya tidak suka makan
sayur dan menghindari sayuran, terutama dedaunan. Saya sangat menyukai makanan
laut, dari ikan kecil sampai ikan besar, dari yang tak bersisik tak bertulang
hingga yang bercangkang. Saya bisa melahap semua jenis ikan laut tanpa harus
takut akan alergi. Dua tahun terakhir, saya membiasakan diri untuk makan sayur,
dan sekarang saya malah cenderung menjadi vegetarian. Hal itu saya lakukan demi
kesehatan. Saya mengidap asam lambung yang parah dan seringkali merasa mual dan
muntah jika terlambat makan. Saya merasa memiliki kemampuan untuk memasak atau
menjadi koki, dan diam-diam terus memupuk keinginan untuk memiliki warung makan
suatu hari nanti. []
6 komentar:
Kerennn
Kerennn
Kerenn 😊
Salam kenal, saya juga orang Ambunten.
Salam kenal, saya juga orang Ambunten.
Posting Komentar